Selasa, 22 Desember 2009

POPULASI DAN SAMPEL

BAB I
PEDAHULUAN

Kebutuhan akan pendidikan yang semakin membaik, yang mampu meningkatkan kualitas bangsa, mengembangkan karakter, memberikan keunggulan dan kemampuan berkreasi semakin dirasakan urgensinya. Otonomi di bidang pendidikan memberikan kesepatan dan wewenang untuk melakukan berbagai inovasi dalam pengembangan dan implementasi kurikulum, pembelajaran, bimbingan siswa dan dan manajemen pendidikan. Inovasi yang tepat, efektif dan efisienmembutuhkan kajian yang bersifat teoritis dan praktis melalui penelitian. Penelitian memberikan deskripsi, eksplanasi, prediksi, inovasi dan juga dasar – dasar teoritis bagi pengembangan pendidikan.
Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta–fakta atau prinsip–prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tengkat ilmu serta teknologi. ( S.Margono, 2009 : 1 ).
Tujuan penelitian pendidikan secara umum adalah untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah – masalah pendidikan, kemudian meningkatnya daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu melalui penelitian itu. Sedangkan tujuan secara khusus adalah untuk membentuk kemampuan dan ketrampilan menggunakan rancangan – rancangan statistik penelitian yang berpedoman dengan pemecahan masalah yang sedang diteliti.
Mengapa orang melakukan penelitian ? Menurut Prof.Dr.Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Pendidikan minimal ada empat sebab yang melatar belakanginya, yaitu
1. Karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia sangat terbatas dibanding dengan lingkungannya yang sangat luas. Banyak hal yang tidak diketahui, tidak dipahami, tidak jelas dan menimbulkan keraguan serta pertanyaan bagi dirinya. Ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan ketidakjelasan sering kali membuat kecemasan, rasa takut dan easa terancam.
2. Manusia memiliki dorongan untuk mengetahui atau curiousity. Manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa begitu, dsb. Bagi kebanyakan orang jawaban – jawaban sepintas dan sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang – orang tertentu, para ilmuwan, peneliti dan juga para pemimpin, dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci, dan lebih komprehensif.
3. Manusia di dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, ancaman, kesulitan baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitar serta lingkungan kerjanya. Masalah, tantangan dan kesulitan tersebut membutuhkan penjelasan, pemecahan da penyelesaian. Tidak semua masalah dan kesulitan dapat dapat segera dipecahkan. Masalah – masalah yang pelik, sulit dan kompleks membutuhkan penelitian pemecahan dan penyelesaiannya.
4. Manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai dan dimiliki, ia selalu ingin yang lebih baik, lebih sempurna, lebih memberi kemudahan, selalu ingin menambah dan meningkatkan ”kekayaan” dan fasilitas hidupnya.
Semua itu dapat dicapai melalui penelitian, baik penelitian sederhana denganlingkungan sempit, yang dirancang dan dilaksanakan sendiri dalam waktu relatif singkat, maupun penelitian kompleks yang menyangkut banyak aspek, berlingkup luas, melibatkan banyak orang, dan membutuhkan waktu yang cukup lama. ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2009 : 2-3 ).
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian sesuai dengan langkah – langkah berfikir ilmiah. Adapun langkah – langkah utama dalam suatu penelitian ialah :
1. Mengidentifikasi masalah.
Kegiatan penelitian dimulai dari dengan mengidentifikasi masalah isu – isu dan masalah – masalah penting (esensial), hangat (aktual), dan mendesak (kruisal) yang dihadapi saat ini , dan yang paling banyak aeti atau kegunaannya bila isu atau masalah tersebut diteliti.
2. Merumuskan dan membatasi masalah.
Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan faktor – faktor atau variabel – variabel yang terkait dengan fokus masalah.. Faktor atau variabel tersebut ada yang melatarbelakangi atau yang diakibatkan oleh fokus masalah. Karena faktor atau variabel yang terkait dengan fokus masalah cukup banyak maka perlu ada pembatasan faktor atau variabel, yaitu dibatasi pada faktor atau variabel – variabel yang dominan.
3. Melakukan studi kepustakaan.
Studi kepustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori – teori yang mendasari penelitian, baik teori yang berkenaan dengan bidang ilmu yang diteliti maupun metodologinya. Dalam studi kepustakaan juga dikaji hal – hal yang bersifat empiris bersumber dari temuan – temuan penelitian terdahulu.
4. Merumuskan Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian
Hal-hal pokok yang ingin diperoleh dari penelitian dirumuskan
dalam bentuk hipotesis atau pertanyaan penelitian. Rumusan
hipotesis dibuat apabila penelitiannya menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan pengolahan data statistik inferensial. Untuk
penelitian kuantitatif yang menggunakan pengolahan data statistik
deskriptif tidak diperlukan rumusan hipotesis, cukup dengan
pertanyaan-pertanyaan pokok, demikian juga dengan penelitian
kualitatif.
5. Menentukan Desain dan Metode Penelitian
Desain penelitian berisi rumusan tentang langkah-langkah penelitian, dengan menggunakan pendekatan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data tertentu serta alasan-alasan mengapa menggunakan metode tersebut
6. Menyusun Instrumen dan Mengumpulkan Data
Kegiatan pengumpulan data didahului oleh penentuan teknik, penyusunan dan pengujian instrumen pengumpulan data yang akan digunakan. Dalam pelaksanaan pengumpulan data, selain objek-tivitas dan keakuratan data yang akan diperoleh, segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian.
7. Menganalisis Data dan Menyajikan Hasil
Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang
ditempuh dalam mengolah atau menganalisis data. Data kuantitatif
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif,
berupa tabel, grafik, profil, bagan, atau menggunakan statistik
inferensial berupa korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur, dll.
Data kualitatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif
deskriptif naratif-logis.
8. Menginterpretasikan Temuan, Membuat Kesimpulan dan Rekomendasi
Hasil analisis data masih berbentuk temuan yang belum diberi
makna. Pemberian makna atau arti dari temuan dilakukan melalui
interpretasi. Interpretasi dibuat dengan melihat makna hubungan
antara temuan yang satu dengan yang lainnya, antara temukan
dengan konteks atau hal-hal yang melatarbelakanginya, dengan
teori yang mendukungnya ataupun dengan kemungkinan pene-
rapannya.
Kesimpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil
interpretasi temuan penelitian. Meskipun penelitian kualitatif tidak
bersifat generalisasi, tetapi unsur generalisasi ini tetap ada, yaitu
menemukan hal-hal yang esensial atau prinsipil dari suatu
deskripsi.
Terhadap kesimpulan-kesimpulan yang telah dirumuskan, disusunlah implikasi dan rekomendasi atau saran. Implikasi merupakan akibat logis dari temuan-temuan penelitian yang terkandung dalam kesimpulan. Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam meman-faatkan hasil-hasil penelitian.


















BAB II
POPULASI DAN SAMPEL

I. PENGERTIAN POPULASI
Penelitian pendidikan dan kurikulum seperti halnya penelitian-penelitian bidang lainnya ditujukan untuk memperoleh kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam lingkup wilayah yang luas, tetapi hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam daerah yang lebih sempit. Kelompok besar tersebut bisa terdiri atas orang seperti guru, siswa, kepala sekolah, dsb, atau lembaga seperti sekolah, jurusan, fakultas, kantor, dinas, direktorat, dsb., atau organisasi seperti kornite sekolah, dewan sekolah, organisasi guru, asosiasi profesi, dsb., atau bisa juga benda-benda seperti bangunan sekolah, fasilitas belajar, media belajar, buku-buku, dll. Lingkup wilayah bisa mencakup seluruh wilayah negara, satu propinsi ataupun satu kota atau kabupaten. Kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita disebut populasi. ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2009 )
Dari uraian diatas dapat disimpulkan tetang pengertian populasi :
a. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulan.
Jadi populasi bukan hanya orang tetapi bisa juga obyek dan benda – benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek / subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik / sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut. ( Sugiyono, 2009 : 17 )
b. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. ( S.Margono, 2009 : 118 )
c. Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri yang terdiri dari manusia , benda – benda, hewan – hewan, tumbuh – tumbuhan, gejala – gejala, nilai – nilai atau peristiwa – peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian ( Hadari Nawawi, 1983: 141 )
Orang-orang, lembaga, organisasi, benda-benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri atas orang-orang biasa disebut subjek penelitian, tetapi kalau bukan orang disebut objek penelitian. Penelitian tentang suatu objek mungkin diteliti langsung terhadap objeknya, tetapi mungkin juga hanya ditanyakan kepada orang yang mengetahui atau bertanggung jawab terhadap objek tersebut. Orang yang diminta menjelaskan objek yang diteliti disebut responden.

II. MACAM – MACAM POPOLASI
Berdasarkan dengan batasan pengertian populasi seperti tersebut diatas maka populasi dapat dibedakan seperti berikut ini :
a. Populasi terbatas atau populasi terhingga
Yaitu populasi yang memiliki batas kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas.
Contoh : 10.000.000 orang guru SMP pada awal tahun 2009, dengan karakteristik masa kerja 5 tahun, lulusan Strata 1.
b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga
Yaitu populasi yang tidak dapat ditemukan batas – batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif.
Contoh : Semua guru di Indonesia. Ini berarti jumlahnya harus dihitung sejak guru pertama ada , sampai sekarang dan yang akan dating. Dalam keadaan seperti ini jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat digambarkan suatu jumlah obyek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang – orang dahulu, sekarang dan yang akan menjadi guru. Populasi seperti ini disebut juga parameter.
Selain itu populasi dapat juga dibedakan ke dalam hal berikut ini :
a. Populasi teoritis ( Theoritical ppopulation ), yaitu sejumlah populasi yang batas – batasnya ditetapkan secara kualitatif.
b. Populasi yang tersedia ( Accessable population ), yaitu sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. ( S.Margono, 2009 : 119 )
Menurut Prof.Dr.Nana Syaodih Sukmadinata dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Populasi terukur (Accessable population ), adalah populasi yang secara riil dijadikan dasar dalam penentuan sampel, dan secara langsung menjadi lingkup sasaran keberlakuan kesimpulan
b. Pupolasi target, adalah populasi yang dengan alasan yang kuat (reasonable) memiliki kesamaan karakteristik dengan populasi terukur.
Disamping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus dibedakan kedalam sifat – sifat berikut ini :
a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur – unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Contohnya : seorang dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja , dan tidak perlu mengambil sebotol, karena setetes maupun sebotol darah hasilnya akan sama.
b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur – unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas – batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Populasi penelitian dikatakan heterogen apabila memiliki ciri-ciri atau kondisi umum yang tidak sama di antara anggota-anggotanya. Ketidaksamaan itu dapat terjadi antara lain karena di antara anggota-anggotanya ada perbedaan dari aspek sebagai berikut.
(1) Strata atau lapisan. Misalnya:
(a) status ekonomi (perbedaan pemilikan harta benda): ada milyarder, jutawan, menengah, miskin, dan di bawah garis kemiskinan);
(b) tingkat pendidikan (tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh: ada yang berpendidikan PT, SMTA, SMTP, dan SD);
(c) lapisan kemasyarakatan atau sosial: ada kelompok elite, menengah, dan bawah atau "wong cilik";
(d) tingkatan "keilmuan keagamaan" (Islam) : ada kiyai, santri, dan "abangan");
(e) tingkatan usia: ada bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, dan lansia;
(f) tingkatan kelas di sekolah: ada Kelas XII, XI, X SMA; Kelas IX, VIII, VII SMP; dan Kelas VI, V, IV, III, II, I SD.

(2) Cluster[klaster] atau golongan, dan juga gugus atau kelompok. Misalnya:
(a) golongan berdasarkan pemelukan agama: ada yang beragama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu;
(b) jenis kelamin: ada laki-laki dan perempuan;
(c) pekerjaan: ada petani, PNS, pedagang, buruh bangunan, pegawai swasta, wirausahawan dllsb.
(d) kelompok atau gugus: guru di satu sekolah, murid di satu kelas, sekolah di satu gugus sekolah,.
Ada orang yang menyamakan cluster dengan strata, maksudnya sebutan strata sama dengan cluster (di dalamnya tercakup baik lapisan, maupun golongan).
(3) Area (wilayah), geografis dan atau administratif (juga ada yang menyebutnya strata). Misalnya:
(a) geografis: ada desa, pinggiran kota, kota, dan metropolitan;
(b) administratif: ada desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi.
( http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/25/sampel-sampling-dan-populasi-penelitian-1/, 17 November 2009 )
Metode pengambilan data dengan melibatkan seluruh anggota populasi disebut sensus. Alasan – alasan mengapa melakukan sensus adalah :
a. Untuk ketelitian.
Suatu penelitian sering meminta ketelitian dan kecermatan yang tinggi , sehingga memerlukan data – data yang besar jumlahnya. Apabila unsur ketelitian dan kecermatan ini harus diprioritaskan maka harus digunakan metode sensus.
b. Sumber bersifat heterogen.
Apabila menghadaapi sumber informasi yang bersifat heterogen dimana sifat dan karakteristik masing – masing sumber sulit untuk dibedakan maka lebih baik digunakan metode sensus. ( S.Margono, 2009 : 120 )
Dalam suatu penelitian banyak juga yang tidak melakukan sensus hal ini disebabkan karena :
a. Populasinya sangat banyak sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti.
b. Keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian.
c. Bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi – misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan.
d. Karakteristik populasi homogen. ( home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc, 16 November 2009 )
Berdasarkan kondisi atau ciri-ciri populasi seperti disebutkan di atas, maka ada teknik-teknik pengambilan sampel (teknik sampling) yang, paling tidak disepakati para ahli metodologi penelitian, sebagai cara atau teknik yang dianggap akan mendapatkan sampel yang representatif atau mendekati representatif.
( http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/25/sampel-sampling-dan-populasi-penelitian-1/, 17 November 2009 )


III. PENGERTIAN SAMPEL
Dalam suatu penelitian tidak semua anggota dari populasi target diteliti. Penelitian hanya dilakukan terhadap sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi. Kelompok kecil yang secara nyata kita teliti dan tarik kesimpulan dari padanya disebut sampel.
Jadi sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili karakteristik populasinya. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi.
Bila populasi terlalu besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua pupolasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari / diamati dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang akan dijadikan penelitian harus betul – betul representatif (mewakili karakteristik populasi ), agar sifat atau keadaan yang termunculkan dari sampel tersebut juga akan mencerminkan sifat dan keadaan populasinya. Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan bahwa gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia menyimpulkan bahwa gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah yang akan terjadi jika sampel yang dipilih tidak representatif. Selain itu, dalam mengambil sampel itu haruslah pula dengan cara yang adil, yakni yang memberikan kesempatan atau peluang (probabilitas) yang sama kepada setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Cara yang adil tersebut disebut dengan cara random. ( http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/28/sampel-sampling-dan-populasi-penelitian-bagian-ii-teknik-pengambilan-sampel-i/ , 17 November 2009 )
Masalah sampel dalam penelitian timbul disebabkan oleh hal berikut ini :
a. Penelitian bermaksud mereduksi obyek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.
b. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil – hasil kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan – kesimpulan kepada obyek, gejala, atau kejadian yang lebih luas. ( Sutrisno Hadi, 1980 : 70 )
Penentuan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau "sampling". Penelitian dengan menggunakan sampel ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan penelitian terhadap populasi, kecuali kalau jumlah populasinya sedikit atau lingkupnya sangat sempit. Penelitian terhadap sampel lebih menguntungkan karena bisa lebih menghemat tenaga, waktu dan juga biaya. Meskipun kita hanya meneliti sampel, tetapi kesimpulannya dapat berlaku bagi populasi karena baik dari jumlah maupun karakteristiknya sampel tersebut mewakili populasi. Dalam penentuan sampel langkah awal yang harus ditempuh adalah membatasi jenis populasi, atau menentukan populasi target.
Hal yang sangat menggangu dalam pelaksanaan penelitian berkenaan dengan masalah populasi dan sampel, adalah karena adanya kesalahan dalam pemilihan dan penarikan sampel. Kesalahan ini seringkali menimbulkan bias atau penyimpangan. Penelitian yang banyak biasnya atau penyimpangannya bukan saja hasilnya tidak punya arti tetapi juga membahayakan. Kesimpuk yang ditarik dari hasil analisis data yang datanya diperoleh dari sampel yang bias tidak akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, kesimpulannya bisa keliru dan menyesatkan.
Dalam pengambilan sampel ada kecenderungan para peneliti memilih sampel yang bersedia diteliti dan mudah dikumpulka-datanya. Kecenderungan ini dapat mengakibatkan bias dalam penelitian karena sampel belum tentu mewakili populasi. Kecenderungan lain adalah kekurang hati-hatian dalam mengambil sampel,asal sudah termasuk ke dalam populasi target, maka langsurng diambil sebagai sampel, padahal tidak memiliki karakteristik yang dimaksudkan. Secara lebih lengkap ada beberapa kekeliruan yang mengakibatkan bias dalam penarikan sampel.
Kekeliruan pertama adalah dalam penentuan populasi target,. populasi target dari penelitian adalah seluruh guru IPA SMA negeri tetapi dalam penarikan sampel hanya dilakukan terhadap guru Biologi saja, atau Biologi dan Kimia saja, guru Fisikanya terabaikan. ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2009 )
Kekeliruan kedua karena karakteristik sampel yang diambil tidak mewakili karakteristik populasi target, penelitiannya adalah persepsi para siswa terhadap pemberian layanan konseling dari konselor sekolah, tetapi angketnya diberikan kepada seluruh siswa termasuk siswa yang belum pernah mendapatkan layanan konseling.
Kekeliruan ketiga karena salah dalam penentuan wilayah. populasi target adalah seluruh propinsi Jawa Barat, tetapi dalam penarikan sampel hanya diambil dari daerah perkotaan saja atau hanya pedesaan saja, atau beberapa kota/kabupaten tanpa memper-hatikan proporsinya.
Kekeliruan keempat karena jumlah sampel yang terlalu kecil, tidak proporsional dengan jumlah populasi
Kekeliruan kelima karena kombinasi dari beberapa kekeliruan atas.

IV. ALASAN – ALASAN MENGGUNAKAN SAMPEL
Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan car: penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Sampel yang secara nyata akan diteliti harus representatif dalam arti mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun jumlahnya.
Adapun alasan – alasan mengapa peneliti menggunakan sampel adalah sebagai berikut :
a. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa paramater yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (ter¬hingga) yang jumlahnya sangat besar. Misalnya tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
b. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas.
Oleh karena itu, sampling ialah satu cara mengurangi biaya.
c. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit dari pada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia, terbatas, kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel dalam hal ini lebih tepat.
d. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
e. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini, meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan menjadi bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
f. Masalah ekonomi
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu, dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi (Hadari Nawawi, 1983: 146 - 148)

V. TEKNIK SAMPLING
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan cara penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Sampel yang secara nyata akan diteliti harus representatif dalam arti mewakili popular baik dalam karakteristik maupun jumlahnya.
Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambil sampel harus memperhatikan hal hal berikut ini :
1. harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas
2. besarnya populasi dalam tiap kategori
Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusahkan. Satu nasihat yang perlu diingat,bahwa penetapan jumlah sampel yang kelewat banyak selalu lebih baik daripada kurang (oversampling is always better than undersampling). Namun demikian ada cara untuk memperoleh sampel minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus :
( Hadari Nawawi, 1993: 149 )
Keterangan :
n = jumlah sampel
p = proporsi populasi presenrase kelompok pertama
q = proporsi sisa di dalam populasi
z1/2= derajad koefisien pada 99% atau 95%
b = presentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam menentukan ukuran sampel.
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian , menutut Sugiyono terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan . Secara skematis teknik macam – macam sampling ditunjukkan pada gambar berikut ini :

1. Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur ( anggota ) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampling ini meliputi :
a. Simple Random Sampling
Dikatakan simple ( sederhana ) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan cara acak tan pa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian ini dilakukan bila anggota dianggap homogen.
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya Pegawai yang lulus S1 = 40 orang, S2 = 8 orang, SMA = 60 orang, SMP = 23 orang dan SD = 3 orang. Jumlah Sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetepi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari suatu unit kerja tertentu mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 80 0rang SMA 700 orang SMP. Maka 3 orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMA, maupun SMP.
d. Cluster Sampling ( Area Sampling )
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Propinsi di Indonesia ada yang pendudukanya padat, ada yang tidak ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Teknik ini dapat digambarkan seperti gambar 5.4 berikut.









2. Non Probability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi :
a. Sampling Sistematis
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
b. Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diiginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan Bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kouta yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota sampel.


c. Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Teknik pengambilan sampel ditunjukkan pada gambar 5.6 berikut. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive dan Snowball. Misalnya akan meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan cocok menggunakan Purposive dan Snowball sampling.




VI. MENENTUKAN UKURAN SAMPEL
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil da sebaliknya makin kecil sampel menjauhi, makin besar kesalahan generalisasi.
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian ? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki.Tingkat ketelitian / kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data.
Berikut ini tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, 10%.
Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut :


dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%
P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi mulai dari 10 sampai dengan 1.000.000. Dari tabel terlihat bahwa, makin besar taraf kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Sebagai contoh: untuk populasi 1000, untuk taraf kesalahan 1%, jumlah sampelnya = 399; untuk taraf kesalahan 5% jumlah sampelnya = 258, dan untuk taraf kesalahan 10%, jumlah sampelnya = 213. Dari tabel juga terlihat bahwa bila jumlah populasi tak terhingga, maka jumlah anggota sampelnya untuk kesalahan 1% = 664, 5% = 349, dan 10%, 272. Untuk jumlah populasi 10 jumlah anggota sampel sebenarnya hanya 9,56 tetapi dibulatkan, sehingga menjadi 10.
Cara menentukan ukuran sampel seperti yang dikemukakan di atas didasarkan atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasinya benda, katakan logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sampel yang diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sampel, misalnya dari Cochran, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung ukuran sampel, terdapat sedikit perbedaan jumlahnya. Lalu yang dipakai yang mana ? Sebaiknya yang dipakai adalah jumlah ukuran sampel yang paling besar.

VII. MENENTUKAN SAMPEL
Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982 : 253) dalam Sugiyono memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20.
























BAB III
PENUTUP

Dunia pendidikan tidak dapat lepas dengan kegiatan penelitian. Karena penelitian memberikan deskripsi, eksplanasi, prediksi, inovasi dan juga dasar – dasar teoritis bagi pengembang pendidikan. Penelitian pendidikan dan kurikulum seperti halnya penelitian-penelitian bidang lainnya ditujukan untuk memperoleh kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam lingkup wilayah yang luas, tetapi hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam daerah yang lebih sempit.
Kelompok besar itu biasa disebut dengan populasi sedang kelompok kecil itu disebut sampel. Sampel yang dipilih dalam penilaian ini harus representatif ( mewakili karakteristik populasi ) agar tidak terjadi kekeliruan dalam pengambilan kesimpulan.
Adapun cara yang digunakan untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat – sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif disebut teknik sampling. Secara garis besar teknik sampling ada dua cara yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling.
Terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sampel, Bila semua rumus digunakan untuk menghitung ukuran sampel, terdapat sedikit perbedaan jumlahnya. Sebaiknya yang dipakai adalah jumlah ukuran sampel yang paling besar. Ini bertujuan untuk mendapatkan sampel yang hampir mendekati populasi baik karakteristik maupun jumlahnya.










DAFTAR PUSTAKA


Hadari Nawawi H, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1983
Margono S.metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2009
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2009
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta, 1980
( http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/25/sampel-sampling-dan-populasi-penelitian-1/, 17 November 2009 )
( home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc, 16 November 2009 )
( http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/28/sampel-sampling-dan-populasi penelitian-bagian-ii-teknik-pengambilan-sampel-i/ , 17 November 2009 )

2 komentar:

  1. Merkur Super Platinum Double Edge Safety Razor - ChoGiocasino
    The Merkur Super Platinum double edge razor features a standard gold plating and 더킹카지노 a closed comb head. The 메리트카지노 extra weight makes this an ideal shaver 인카지노 for experienced wet shavers

    BalasHapus
  2. Situs Judi Slot Online Terbaik dan Judi Online Terpercaya 2021
    judi online terpercaya 2021/2020. Dengan Pelayanan Customer air jordan 18 retro red from me Service Judi air jordan 18 retro red from us Online24jam dan Game air jordan 18 retro red cheap Slot Gacor air jordan 18 retro men cheap terbaru dan Terbaru di replica air jordan 18 stockx Indonesia.

    BalasHapus